Home » , » Biarkan Kami Meraih Syahadah

Biarkan Kami Meraih Syahadah

Sesungguhnya Ad Dien Al Islamiy tidak akan terealisasikan dalam jiwa-jiwa kaum muslimin dan tidak pula pada waqi’ (realita) manusia kecuali dengan menegakkan Al jihad fi Sabiilillah dengan seluruh macam-macamnya. Dan kejahatan para perusak di muka bumi ini tidak akan terhenti kecuali dengan kekuatan yang menggetarkan mereka dan jihad yang meluluhlantakkan segala kekuatan yang mereka miliki.


Seandainya tidak ada Jihad Fi sabiilillah, tentulah bumi ini rusak, dan tentulah masjid-masjid dirobohkan. Perseteruan antara al haq dan al batil adalah ketentuan yang pasti berjalan, dan selalu saja ahlul batil lebih banyak jumlahnya dari ahlul haq, sedangkan kekalahan mereka itu dan penghadangan atas kejahatan mereka tidaklah mungkin berhasil kecuali dengan Al Jihad. Banyak dari manusia tidak tunduk kepada Al haq tanpa kekuatan yang menggiring mereka terhadap hal itu. Dan Al jihad fi sabiilillah terus berlangsung sampai hari kiamat. Ia adalah jalan kejayaan umat ini dan kemenangannya, dan bagaimanapun ditebar duri-duri rintangan di depan lajunya, dan bagaimanapun musuh-musuh islam berupaya keras dalam memeranginya, melenyapkan pilar-pilarnya, menindas para pemeluknya, mengusir mereka, memfitnah mereka, menuduh mereka dengan kekurangan dan cacat, mencap mereka sebagai ahlul ghuluw, militant dan teroris, maka tetap tidak akan berhenti alur langkahnya, dan akan nampak cahayanya, akan melebar pengaruhnya, dan ia akan tegak berdiri selagi masih ada malam dan siang, dengan kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina, dan masalahnya berkisar pada kemenangan atau syahadah (mati syahid).

Rosulullah shalallah alahi wassalam bersabda: "akan senantiasa (ada) sekelompok dari ummatku berperang di atas alhaq, mereka menang atas orang yang merintangi mereka, sampai golongan terakhir dari mereka memerangi Al Masih Ad Dajjal". Diriwayatkan oleh abu Dawud dari jalan Hammad Ibnu Saliimah, dari Qotadah, dari Muthorri dari Umran ibnu Hushain dari Nabi shalallah alahi wassalam.

Dan ada dalam Shahih Muslim (1922) dari jalan Muhammad ibnu Ja’far, telah mengabarkan kepada kami dari Syu’bah dari Sammah Ibnu Harb dari Jabir ibnu Samurah, bahwa Nabi shalallah alahi wassalam bersabda: "Akan senantiasa dien ini tegak, berperang untuk mempertahankannya sekelompok dari kaum muslimin sampai hari kiamat tiba"

Dan Muslim meriwayatkan (1924) dari jalur Yajid ibnu Abi Habib, telah memberi tahu saya Abdurrahman ibnu Syumasah Al Mahriy dari ‘Uqbah ibnu ‘Amir bahwa Nabi shalallah alahi wassalam berkata: “Senantiasa sekelompok dari umatku berperang di atas urusan Allah, mereka mengalahkan musuhnya, tidak memadhorotkan mereka orang yang menyelisihi mereka, sampai datang kiamat kepada mereka, sedang mereka di atas hal itu”.

Dan di antara fenomena kekuatan salaf dan kejayaan mereka adalah tegaknya jihad fi sabiilillah, dan ia adalah jalan yang darinya umat Islamiyyah menduduki posisi tertingginya dan kejayaannya, serta mengembalikan pamornya. Dan setiap tarbiyah yang berdiri tanpa disertai ruh jihad dan tanpa mengaitkan realita sekarang umat ini dengan masa lalunya, maka ia adalah tarbiyah yang lemah, bagaimanapun upaya keras para pengusungnya dan apapun niat-niat mereka itu.

Dan tatkala umat Islamiyyah sekarang ini tidak mempedulikan terhadap sebab kejayaan mereka dan dasar ketinggian mereka maka Allah menghinakan mereka dan menguasakan atas mereka musuh-musuh mereka dan kita tatkala memberikan diri kita kepada dien ini, kita kembali kepada dien kita, kita mencari sebab-sebab kejayaan para pendahulu kita, kita mengamalkannya dan menjaharkannya (menampakkannya) dalam dunia realita, maka sesungguhnya kemenangan berada di pihak kita dan kejayaan adalah syiar kita.

Dan pada masa kita ini mulai muncul kesadaran umat ini, merebak perlawanan terhadap kafirin, dan berkibar tinggi panji-panji jihad di Afghanistan, Palestina, Checnya, Philippina dan banyak tempat lainnya serta mulai ummat ini memahami tujuan-tujuan jihad dan maksudnya, dan ia menjauhi dengan kesadaran sendiri dari panji-panji kebangsaan dan Nasionalisme, panji-panji pembebasan tanah air dan pembelaan terhadap pemerintahan-pemerintahan thoghut dan sekuler. Dan kita menunggu pertolongan Allah yang dekat untuk mengaitkan realita kekinian umat ini dengan masa lalunya, dan agar kalimat Allah lah yang tinggi dan kalimat orang-orang kafirlah yang terendah. Maka apakah ada orang yang menyingsingkan lengannya untuk jihad, dan apakah ada orang yang mau terjun memerangi Ahlul Kufri wal ‘Inad, karena sesungguhnya termasuk pengecewaan terbesar adalah engkau melihat Junudurrahman (tentara-tentara Ar Rahman) dan ‘Asaakirul Iman (prajurit iman) memerangi Yahudi dan Nashrani dari bangsa Rusia dan Amerika sedangkan engkau ada bersama al khawalif (orang-orang yang duduk menyelisihi mujahid, tidak berperang), engkau tidak berjihad langsung dengan dirimu padahal engkau mampu dan dibutuhkan, dan engkau juga bakhil dengan harta yang dimiliki, Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelematkan kamu dari ‘adzab yang pedih?? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘And. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Ash Shoff: 10-12).

Dan dalam Surat Baro’ah (At Taubah), Allah telah menyediakan surga sebagai penukar transaksi bagi jiwa dan harta orang-orang yang beriman, Dia berfirman:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111)

Dan Allah telah mencela orang-orang yang diajak berjihad dan mereka malah duduk-duduk bersama orang-orang yang duduk serta mereka absent dari nushroh (menolong) ikhwan mereka dan (absen) dari melindungi kehormatan dan harga diri mereka. Dan Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, “berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah”, kamu merasa berat dan ingin tetap tinggal di tempatmu??? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akherat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akherat hanyalah sedikit.” (QS.At Taubah: 38)

Dan Allah Ta’ala berfirman:

“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akherat berperang di jalan Allah, barangsiapa yang berperang di jalan Allah lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo’a, “Ya Robb kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekkah) yang dholim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” (QS. An-Nisaa’ : 74-75)

Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala untuk berjihad dalam rangka meninggikan kalimat-Nya dan menyelamatkan mukminin dan mukminat, serta membebaskan mereka dari tangan-tangan kafir yang aniaya.

Para ulama telah ijma’ terhadap kewajiban memerangi orang-orang kafir yang lancang menduduki negara kaum muslimin, bila kejahatan mereka itu bisa ditangani oleh penduduk negeri yang diduduki atau dirampas maka kewajiban sudah gugur dari yang lain. Dan bila penolakan atas kejahatan mereka dan kedholimannya tidak teratasi oleh penduduk negeri yang diduduki itu maka wajib atas orang-orang yang dekat dengan musuh dari penduduk negeri-negeri lain menolong saudara-saudara mereka dan menghadang gerak langkah orang-orang kafir itu. Dan kewajiban ini tidak gugur dari pundak kaum muslimin sampai musuh diusir dari negeri kaum muslimin.

Dan dalam perang ini tidak wajib ada ijin dari pemimpin, apalagi kalau si pemimpin itu telah mengkhianati diennya lagi mencampakkan aturan-aturan Allah, dan jihad yang wajib ‘ain.

Para ulama tidak berselisih bahwa tugas paling utama para penguasa adalah menegakkan syari’at Allah, menjihadi orang-orang kafir dan murtaddin serta nushroh Islam dan kaum muslimin di seluruh belahan dunia. Dan bila mereka tidak melakukan hal itu, maka apa gerangan tugas mereka itu??.

Alangkah butuhnya umat ini kepada para ulama yang jujur dan mengkritisi para penguasa dan mengingkari di hadapan mereka keburukan perbuatan-perbuatan mereka dan kenistaan tingkah laku mereka. Dan alangkah butuhnya umat ini kepada tokoh-tokoh yang jujur yang mengerahkan seluruh kemampuannya dan menggunakan waktunya dalam MEMERANGI orang-orang kafir dan menghadang sikap aniaya mereka, serta mereka mencari syahadah sebagimana orang-orang kafir mencari kehidupan.

Orang yang terbunuh dalam jihad ini dalam keadaan maju tidak mundur adalah syahid fi sabiilillah. Sungguh telah ada dalam shahih Muslim (1915) dari jalur Suhail Ibnu Abi Shalih dari bapaknya dari Abu Huroiroh bahwa Nabi shalallah alahi wassalam berkata: “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid. Dan siapa yang mati di jalan Allah maka ia syahid. Siapa yang mati dalam wabah Tho’un maka ia syahid. Serta siapa yang mati dalam sebab penyakit perut maka ia syahid.”

Hadits-hadits mutawatir dari Nabi shalallah alahi wassalam telah menunjukkan bahwa jihad di jalan Allah adalah tergolong amalan paling utama dan orang-orang yang menjalankannya adalah tergolong hamba-hamba yang paling utama. Nabi shalallah alahi wassalam telah ditanya tentang amalan yang membandingi jihad fi sabiilillah Azza wa Jalla? Beliau berkata: “Kalian tidak akan mampu,” mereka mengulangi pertanyaan kepada beliau dua atau tiga kali, semua itu beliau jawab: “Kalian tidak akan mampu!” Dan ketiganya beliau berkata: “Perumpamaan mujahid fi sabiilillah adalah seperti orang yang shoum yang berdiri sholat lagi khusyu’ dengan ayat-ayat Allah, ia tidak menghentikan diri dari shoum dan sholat sampai mujahid fi sabiilillah Ta’ala pulang,” (HR. Muslim dari jalan Suhail Ibnu Abi Shalih dari Ayahnya dari Abu Huroiroh radhiyallahu 'anhu dan diriwayatkan oleh Al Bukhori dengan maknanya dari hadits Abu Hushair dari Dzakwan dari Abu Huroiroh)

Dan ada dalam Ash Shohihain dari jalan Az Zuhri, berkata : “Atho’ Ibnu Yazid Al Laitsi telah mengabarkan kepadaku bahwa Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu 'anhu , telah mengabarkannya, ia berkata : “Dikatakan wahai Rosulullah, manusia macam apa yang paling utama?” maka Rosulullahshalallah alahi wassalam berkata : “Mukmin mujahid fi sabiilillah dengan jiwanya dan hartanya.” Mereka berkata, “Kemudian siapa?” Beliau berkata : “Mukmin yang berada di suatu lembah, dia bertaqwa kepada Allah dan ia meninggalkan manusia dari kejahatannya.” (Shahih Al Bukhori (2786) dan Muslim (1888)).

Nabi shalallah alahi wassalam berkata: “Demi Dzat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh saya ingin saya ini terbunuh di jalan Allah kemudian saya hidup kemudian saya terbunuh kemudian saya hidup kemudian saya terbunuh “ Diriwayatkan oleh Al Bukhori 2797 dan Muslim 1876 dari jalan ‘Umaroh, berkata : Abu Zar’ah Ibnu ‘Amr Ibnu Jarir telah mengabarkan kepada kami, ia berkata : “saya telah mendengar Abu Huroiroh dari Nabi SAW ….. dengannya.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu , : Rosulullah shalallah alahi wassalam berkata: “Tidaklah seorang meninggal yang memiliki kebaikan di sisi Allah (terus) ia ingin kembali ke dunia dan bahwa baginya dunia dan isinya, kecuali orang yang mati syahid, karena ia melihat (pahala) dari keutamann syahadah, maka sesungguhnya ia merasa senang bila kembali ke dunia kemudian ia terbunuh sekali lagi” (Diriwayatkan Al Bukhori dari jalan Abu ‘Ishaq dari Humaid dari Anas. Dan diriwayatkan Al Bukhori 2817 dan Muslim 1877 dari jalan Syu’bah dari Qotadah dari Anas dari Nabi shalallah alahi wassalam).

Dari Nabiullah Sulaiman telah berangan-angan ingin memiliki banyak anak supaya mereka menjadi para pendekar yang berjihad di jalan Allah. Ini ada dalam Ash Shohihain.

JIHAD ADA DUA MACAM
Jihad Tholab (invasi): yaitu mendatangi orang-orang kafir dan menginvasi mereka di negeri-negeri mereka walaupun tidak pernah muncul dari mereka sedikitpun penganiayaan, supaya mereka masuk dalam Islam seluruhnya, atau mereka memberikan jizyah dari tangan mereka langsung sedang mereka itu hina. Dan ini adalah nash Al Kitab, As-Sunnah dan ijma’ ahlul ilmi dan tidak menghalangi dari jihad ini kecuali bahaya-bahaya yang kuat atau ketidakmampuan dan kelemahan. Dan dalam hal ini dikembalikan kepada orang-orang ‘alim dan jujur, dan hal ini tidak boleh dicari pada orang yang telah menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah, atau orang-orang yang pecundang dan para penebar isu di muka bumi ini. Dan tujuan terbesar dari jihad ini adalah meninggikan kalimat Allah, membela dienNya serta menghinakan kekafiran dan para pelakunya.

Macam kedua: Jihad Menghalau musuh dari negeri kaum muslimin, dan ini adalah wajib dengan ijma’, serta tidak ada yang menghalangi darinya kecuali orang jahil, orang munafiq. Ia wajib di Palestina, Checnya, Afghanistan, Philipina dan banyak negeri lainnya. Negara-negara kafir, AS dan sekutu-sekutunya, telah saling mewasiatkan untuk memerangi Islam dan kaum muslimin, membunuh para pemimpin mereka, menebar kerusakan di antara mereka dan mengembargo sebagian negeri-negeri mereka.

Presiden Amerika Bush, dalam siaran pers hari Ahad 28/6/1422 H telah menegaskan bahwa perang ini adalah perang salib (CRUSADE) dan koalisi salib ini membutuhkan pada penghadangan yang paling besar, upaya-upaya berkesinambungan dan terjun rame-rame, sehingga tidak seorang pun di’udzur dengan sikap tidak ikut serta menghadapinya, dan masing-masing sesuai kadar kemampuannya. Ini dengan jiwanya dimana hajat membutuhkan kepadanya, sedang yang ini dengan harta dan lisannya, Nabi shalallah alahi wassalam bersabda: “Jihadilah orang-orang musyrik itu dengan harta-harta kalian, jiwa-jiwa kalian dan lisan-lisan kalian.’ HR. Abu Dawud (2504) dan An Nasaai (3089) dari jalan Hammad dari Humaid dari Anas dari Nabi shalallah alahi wassalam….

Dan hal paling minimal yang dikerahkan dalam penghadangan dan perang salib ini adalah do’a buat Hizbullah Al Mu’minin dan ‘Ibaadullah Al Mujaahidin, bersungguh-sungguh dalam (do’a) itu dan mencari waktu-waktu ‘ijabah do’a, seperti sepertiga malam terakhir, dalam sujud, antara adzan dan iqomah, qunuth dalam sholat lima waktu dimana ia mendo’akan untuk orang-orang yang tertindas dari kaum mu’miniin dan meminta pertolongan kepada Allah atas kafirin dari kalangn Yahudi perampas dan Nashoro yang aniaya.

Abu Huroiroh radhiyallahu 'anhu , berkata: “Sungguh saya akan mempraktekkan sholat Nabi shalallah alahi wassalam”, maka Abu Huroiroa ra, qunut dalam roka’at terakhir dari sholat dhuhur, sholat isya’ dan sholat subuh setelah mengatakan, “Sami’allahu liman hamidah”, terus beliau berdo’a buat kaum mu’minin dan melaknat kuffar. (HR Al Bukhori dalam Shohihnya (797) dan Muslim (676) dari jalur Yahya Ibnu Abi Katsiir dari Abu Salamah dari Abu Huroiroh ra.)

Dan tidak wajib meminta ijin kepada penguasa dalam hal qunut di masjid-masjid, karena tidak ada dalil atas hal itu, dan serupa itu. Andai dilarang dari melaksanakan sholat sunnah rowatib maka sesungguhnya penguasa itu tidak asal ditaati, karena ketaatan hanyalah dalam hal ma’ruf, sedangkan ini sama sekali bukan tergolong hal ma’ruf. Sungguh ummat ini telah diberi bencana dengan para penguasa yang menelantarkan hudud dan yang melarang jihad fi sabiilillah serta qunut dalam sholat yang lima waktu. Dan (umat diberi bencana) dengan ulama yang melegalkan sikap-sikap hina ini dan mereka mengomentari sikap pengecutan mereka dari Nushroh Al Islam wal Muslimin dengan (dalih) mendengar dan patuh kepada para penguasa dalam kondisi giat dan malas?!.

Padahal ini adalah penempatan hadits bukan pada tempatnya, dimana para ulama telah ijma’ bahwa orang yang memerintahkan kemungkaran adalah tidak boleh ditaati. Dan sesungguhnya kewajiban para ulama adalah berdiri menghadang kebatilan dan gerak langkah kesesatan. Wajib atas mereka mengobarkan ruh jihad di tengah umat dan memimpinnya dalam meninggikan panji ini serta berlomba-lomba dalam mengitari hal itu.

Mereka adalah pewaris para Nabi dan pengemban syari’at, serta orang yang paling paham akan hukum-hukum jihad dan keutamaannya serta apa yang telah Allah siapkan berupa pahala buat Mujahidin. Sekarang adalah waktu pengorbanan, Nushrotul Muslimin dan Jihadul Kaafiriin dan Sholibiyyiin, inilah jalan yang menghantarkan kepada syahadah, ridho Allah dan surgaNya.

Ini Umar Ibnul Hammam Al Anshoriy saat mendengar Nabi shalallah alahi wassalamberkata “Bangkitlah untuk menggapai surga yang lapangnya langit dan bumi.” Umar berkata “Wahai Rosulullah, Surga lapangnya langit dan bumi?’. Beliau berkata : “Ya. “ maka ia berkata, “bakh bakh bakh.” Maka Rosulullah shalallah alahi wassalam berkata, ”apa yang membuatmu mengucapkan bakh bakh?” Ia berkata: “tidak wahai Rosulullah, kecuali harapan saya ingin untuk menjadi bagian ahli surga”, Rosulullah berkata: “Sesungguhnya kamu termasuk ahli surga”. Maka ia mengeluarkan kurma-kurma dari kantongnya terus ia memakan sebagian darinya, kemudian ia berkata: “Andai saya hidup sampai saya habis makan kurma-kurma ini, maka sesungguhnya ia adalah kehidupan yang panjang.” Maka ia melemparkan kurma-kurma yang ada padanya, kemudian ia memerangi mereka (pasukan kafir) sampai terbunuh.” HR. Muslim dalam Shohihnya (1901) dari jalur? dari Hasyim Ibnul Qosim, telah mengabarkan kami Sulaiman Ibnul Mughiroh dari Tsabit dari Anas Ibnu Malik….

Dan ada dalam shohih Muslim (1889) dari jalan Abdul Aziz Ibnu Abi Hazim dari ayahnya dari Ba’jah dari Abu Huroiroh dari Rosululloh shalallah alahi wassalam, bahwa ia berkata : “ Sebaik-baiknya kehidupan manusia bagi mereka adalah : seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya dijalan Allah, ia melesat diatas punggungnya, setiap kali ia mendengar suara teriakan atau peperangan maka ia terbang diatasnya, mencari tempat-tempat pembunuhan atau kematian. Atau orang yang berada ditengah-tengah kambingnya di atas lereng gunung atau dilembeh dari lembah-lembah ini, ia mendirikan sholat dan menunaikan zakat serta beribadah kepada Rabbnya sampai menemui kematian, tidak ada kebaikan pada manusia kecuali itu.”

Dan banyak mereka adalah orang-orang yang terjelma pada mereka hakekat ini dan ‘ubudiyyah ini, mereka mencari-cari syahadah saat manusia lain mencari dunia dan kelejatannya…

Biarkan kami safar dalam jalan-jalan harga diri kami
Sedang kami memiliki bekal berupa cita-cita yang tinggi
Janji buat kami adalah kemenangan yang nyata, maka bila
Kami mati maka disisi Robb kami ada tempat tersedia
Biarkanlah kami mati hingga meraih kesyahidan
Karena mati dijalan petunjuk adalah kelahiran

JANGAN HERAN! KARENA MUJAHIDIN SELURUHNYA AJAIB
Syiar mereka adalah “Saya menang demi Rabb Ka’bah”. Tsumamah Ibnu Abdillah Ibnu Anas berkata: Saya mendengar Anas Ibnu Malik RA berkata : Tatkala ditusuk Haram Ibnu Malhan – sedang ia adalah pamannya – di hari Sumur Ma’unah, ia mengisyaratkan dengan darahnya: Begini, terus ia melumurkan darah itu ke wajah dan kepalanya, terus berkata: “ Saya menang demi Rabb ka’bah.” (HR Al Bukhori (4092) dalam Shahihnya dari jalan Abdullah Ibnu Mu’ammar dari Tsumammah dan Al Waqidiy meriwayatkan bahwa ‘Amir Ibnu Fuharrah mengatakannya, kemudian orang yang membunuhnya masuk Islam saat itu juga, dan saat Khubaih Ibnu ‘Addiy ditawan dan di kedepankan untuk dibunuh, dia berujar:

Saya tidak perduli dalam keadaan muslim saya dibunuh
Disisi manapun karena Allah sebab saya terbunuh
Dan itu karena Dzat Allah dan bila dia mau
Dia memberkati terhadap anggota-anggota badan yang terputus

Engkau bisa melihat ini dalam shahih Al Bukhori (3045)

Hadits-hadits dalam hal ini banyak, oleh hikayat-hikayat tentang para pendekar islam tidaklah membosankan, dan para ibu tidak pernah mandul dari melahirkan para pemberani itu. Nama-nama jihadiyyah yang muncul pada masa kita ini berlomba-lomba muncul dalam ingatan saya, inilah sang penghina Abdullah ‘azam, Jamilurrohman, Anwar Sya’ban, Yahya Ayasy Rahimahumullah serta Al Qo’id Samur As Suwarlim yang dikenal dengan sebutan (Khath thab). Umat ini telah menderita sebulan yang lalu dengan terbunuhnya belian karena diracun pada umur yang tidak lebih dari 33 tahun, beliau dilahirkan tahun 1390 H. beliau bergabung dengan mujahidin afgan pada umur 18 tahun terus sementara berada di medan-medan perang sampai akhirnya ia memimpin tentara islam dipeperangan checnya dan ia memimpikan banyak kerugian pada musuh, ia memang mencari syahadah dan khawatir meninggal diselain tanah jihad, maka Allah menyampaikannya pada cita-citanya.

Dan kami meyakini bahwa lenyapnya sang panglima pemberani ini serta mujahidin piawai lainnya tidak akan melemahkan mujahidin atau meluluhkan mereka. Bila mati seorang pendekar pemberani seperti Khathhab rahimahumullah, maka sesungguhnya pada umat ini terdapat pada pendekar lainnya dan orang-orang yang tulus terhadap dien ini. Karena sesungguhnya umat yang dirahmati ini selalu terus member, ia melahirkan orang-orang yang shalih, para imam yang bertaqwa, ulama yang jujur dan panglima yang mukhlis.

Bila mati ditengah kami seorang tokoh maka berdiri tokoh lain yang mengucapkan lagi melakukan apa yang diucapkan orang-orang mulia yang mencetak tokoh, dan menanamkan pada mereka kekuatan dan keberanian adalah aqidah dan keteguhan di atas prinsip.

Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar membela diennya, meninggikan kalimatnya, memenangkan auliya-Nya dan menghinakan musuh-musuhnya, Ya Allah sesungguhnya bumi adalah bumi-Mu, langit adalah langit-Mu, dan laut adalah laut-Mu, Ya Allah apa yang dimiliki oleh Yahudi para perampas dan Nashoro yang aniaya berupa kekuatan diatas, maka jatuhkanlah, dan apa yang mereka miliki berupa kekuatan di bumi maka hancurkanlah, serta apa yang mereka miliki berupa kekuatan di laut, maka tenggelamkanlah.

Wal hamdulillahi Rabbil ‘Alamin

Saudara Kalian,
Sulaiman Ibnu Nashir Ibnu Abdillah Al’Ulwan

0 komentar:

Posting Komentar