Ada sebuah gejala baru yang selama ini tidak pernah
dikenal dalam tradisi dan sejarah Islam. Yaitu munculnya sosok Muslim
yang sibuk mencari keridhaan non-Muslim alias kaum kuffar. Selama ini
Islam mengarahkan seorang beriman untuk hidup dengan landasan niat
mengejar keridhaan Allah semata. Seorang Muslim hamba Allah ialah
seorang yang dalam segenap kiprahnya hanya mengharapkan keridhaan
Penciptanya. Setiap kali beramal, berfikir, berbicara, bersikap bahkan
berperasaan, seorang Muslim selalu bertanya bagaimanakah Allah akan
menilai amal, fikiran, ucapan, sikap dan perasaannya. Demikianlah cara
pandang seorang Muslim sejati. Sedangkan bila seorang Muslim pencari
ridha kaum kuffar berkiprah, maka ia sibuk bertanya bagaimanakah kaum
kuffar akan menilai kiprahnya.
Dewasa
ini kita berada dalam era paling kelam dalam sejarah Islam. Dunia
menyaksikan munculnya fenomena abnormal dimana seorang Muslim sibuk
mencari keridhaan kaum kuffar. Dalam babak kepemimpinan para Mulkan
Jabriyyan atau Para Penguasa Diktator dewasa ini, sebagian umat Islam
menjadi terpengaruh oleh fihak penguasa dunia. Padahal Allah
menyerahkan giliran kepemimpinan dunia kepada kaum kuffar –seperti yang
kita saksikan dewasa ini- hanyalah dalam rangka menguji keimanan dan
ke-istiqomahan kaum muslimin.
Bagi orang beriman yang tetap
meyakini bahwa hanya Allah sajalah Penguasa Sejati langit dan bumi, maka
ia akan tetap hidup dan berkiprah berlandaskan niat mencari keridhaan
Allah. Namun bagi Muslim yang tertipu dan menyangka bahwa kaum kuffar
telah menjadi penguasa yang sungguh berkuasa di dunia, maka mereka mulai
mengalihkan hidup dan kiprahnya berlandaskan niat mencari keridhaan
para penguasa diktator tersebut.
Bila
seorang Muslim sejati berbicara, ia berbicara untuk mencari ridha
Allah. Bila seorang Muslim pencari ridha kaum kuffar tinggal diam, maka
ia tidak berani berbicara karena ingin menyenangkan kaum kuffar. Bila
seorang Muslim berjuang, maka ia berjuang untuk mentaati perintah Allah
dan dalam rangka mengejar ridha Allah. Sedangkan seorang Muslim pencari
ridha kaum kuffar tidak berjuang –padahal ia sangat berhak untuk itu-
karena tidak ingin membuat kaum kuffar menjadi benci kepadanya. Sudah
barang tentu ini semua tidak diutarakan secara blak-blakan, melainkan
dibungkus dengan dalih misalnya ”langkah ini tidak baik untuk da’wah
Islam” atau ”langkah ini akan menjauhkan orang dari Islam”.
Muslim
jenis baru ini sangat terobsesi dengan upaya menjaga image atau
citranya di hadapan orang kafir. Sedemikian rupa sehingga tolok ukur
wala dan bara-nya (loyalitas dan berlepas diri-nya) berlandaskan
penilaian si kafir terhadap image si Muslim. Muslim macam ini sangat
menyukai sesama Muslim yang berpenampilan ”anak baik” di hadapan kaum
kafir. Dan ia sangat mencela Muslim yang menurutnya mencoreng ”nama baik
orang Islam”.
Jika
identitas Islam yang ia tampilkan akan menggusarkan kaum kafir, maka ia
rela menyesuaikan identitasnya dengan apa saja asal kaum kuffar menjadi
mau menerimanya. Bila kaum kuffar mensyaratkan agar identitas Islam
yang dikedepankan hendaknya tanpa embel-embel ideologi , maka ia akan
tampil penuh rasa percaya-diri dengan menerjemahkan kalimat Basmalah
sebagai: ”Dengan nama Allah Tuhan Pengasih, Tuhan Penyayang, Tuhan
Segala Agama.” Ia akan siap membangun negara dengan meleburkan perbedaan
ideologi ke dalam faham Nasionalisme. Dalam rangka mencari ridha kaum
kuffar ia akan menjamin bahwa kemenangannya dalam pertarungan politik
tidak akan diikuti dengan penerapan hukum Syariah Islam. Ia akan
menafsirkan kewajiban jihad di dalam Al-Qur’an sebagai apa saja yang
menyenangkan kaum kuffar asal bukan berarti mengangkat senjata di jalan
Allah dalam rangka ’isy kariman au mut syahidan (hidup mulia atau mati
syahid). Bahkan secara perlahan namun pasti mereka sudah meninggalkan
kosa kata jihad dalam kesehariannya...!!
Muslim jenis baru ini cenderung
menjadi agresif, ekstrim dan tidak toleran terhadap sesama saudara
seimannya. Namun toleran, moderat dan santun kepada kaum kuffar. Bila
kepentingan kaum kuffar terusik atau terancam oleh sebagian Muslim, maka
ialah orang pertama yang lompat untuk memberikan perhatian dan
pembelaan bagi mereka. Ia tega berbicara menentang saudara seimannya
bahkan mengkhianatinya. Ia sampai hati menganjurkan sesama Muslim untuk
mengintai dan membocorkan rahasia saudara seimannya kepada fihak
berwenang demi memenuhi rasa aman dan tenteram kaum kuffar. Apa yang ia
lakukan diklaim sebagai berjuang demi Islam dan Da’wah. Apa yang
dilakukan umat Islam disebut sebagai tindak terorisme dan pembangkangan
terhadap fihak yang berwenang.
Bila
ia berpapasan dengan seorang Muslim ia tampilkan wajah datar kadang
suram. Bila ia jumpa dengan kaum kafir ia tebar senyum dan sikap ramah.
Malah ada sebagian dari Muslim pencari ridha kaum kuffar ini yang tidak
sampai hati menyebut kaum kuffar sebagai kaum kuffar...!!! Sungguh sikap
dan tingkahnya sangat cocok dengan gambaran yang Allah berikan dalam
Al-Qur’an:
”Di
antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada
hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan
kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka
menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,
tetapi mereka tidak sadar.” (QS Al-Baqarah ayat 8-12)
0 komentar:
Posting Komentar